Bencana alam atau natural disaster, merupakan suatu peristiwa alam yang mengakibatkan dampak besar bagi populasi manusia. Peristiwa alam dapat berupa banjir, letusan gunung berapi, gempa bumi, tsunami, tanah longsor, badai salju, kekeringan, hujan es, gelombang panas, hurikan, badai tropis, topan, tornado, kebakaran liar dan wabah penyakit. Selanjutnya dijelaskan bahwa bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan atau non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis (UU No. 24 Tahun 2007).
Mengingat sebagian besar gunung yang ada di Indonesia merupakan gunung aktif, maka suatu wilayah yang berada di dekat gunung api tersebut tidak menutup kemungkinan akan terkena dampak dari bencana alam tersebut jika terjadi letusan. Hal ini merupakan dampak dari letak Indonesia, seperti yang dijelaskan (Van Padang, 1983: 3-6; Sudibyakto, 1997: 1; Verstappen 2013: 67 dalam Sriadi Setyawati dkk 2015: 101) bahwa letak Indonesia yang berada pada pertemuan tiga lempeng besar dunia adalah tingginya potensi bencana akibat vulkanisme.
Sejak masa lampau peristiwa vulkanisme telah banyak mempengaruhi kehidupan masyarakat baik dalam arti positif maupun negatif. Indonesia dengan 129 gunungapi aktif (17% gunung api di dunia) merupakan salah satu wilayah dengan potensi bencana vulkanik tertinggi di dunia. Desa Kradenan merupakan salah satu desa di Kecamatan Srumbung, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Desa Kradenan terletak kurang lebih 14 kilo meter dari kawah Gunung Merapi. Desa yang hidup dibawah kaki merapi ini harus hidup arif dengan kewaspadaan ancaman aktivitas Gunung Merapi. MI Kradenan 1 ini terletak di Dusun Kradenan Selatan, Desa Kradenan, Kecamatan Srumbung, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Terdiri dari 6 kelas dengan kurang lebih 72 siswa ini merupakan sekolah yang bisa dikatakan sebagai sekolah yang memiliki potensi rawan bencana gunung meletus dimana sekolah ini pula terletak dibawah kaki Gunung Merapi.
Pendidikan kebencanaan di sekolah adalah salah satu strategi yang efektif, dinamis, dan berkesinambungan dalam upaya penyebarluasan materi tentang kebencanaan. Sekolah merupakan tempat paling efektif dalam memberikan efek pertukaran informasi, pengetahuan, dan keterampilan kepada masyarakat. Program pengurangan risiko bencana di sektor pendidikan sudah berjalan lebih dari satu dekade dan pertama kali diinisiasi Kemendikbud (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan) melalui Ditjen Dikdasmen (Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah). Dalam perjalanannya, terdapat beberapa istilah yang digunakan oleh berbagai lembaga atau instansi pemerintah dan non-pemerintah antara lain PRBS (Pengurangan Risiko Bencana Berbasis Sekolah), SSB atau Sekolah Siaga Bencana, SAB atau Sekolah Aman Bencana, SMAB atau Sekolah Madrasah Aman Bencana, kemudian saat ini berubah menjadi SPAB.
Sosialisasi mitigasi bencana menjadi program individu dalam pengabdian masyarakat kuliah kerja nyata Universitas Negeri Yogyakarta di Dusun Kradenan Utara, Desa Kradenan, Kecamatan Srumbung, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Sasaran program ini adalah anak anak usia 11-12 tahun yang duduk di kelas 6 bersekolah di MI Kradenan 1. Sosialisasi mitigasi bencana pada kesempatan ini juga memadukan belajar interaktif melalui volcano erupsion simulator. Kesempatan ini membawa anak anak untuk mengenal bagimana erupsi gunung api.
Penanaman dini mitigasi bencana merupakan sebuah langkah besar untuk mempersiapkan insan generasi muda untuk siap dan tanggap akan bencana yang terjadi. Hal ini yang mendasari saya untuk melaksanakan program individu pengabdian masyarakat kuliah kerja nyata tahun 2022 Universitas Negeri Yogyakarta di Dusun Kradenan Utara dengan mengadakan sebuah sosialisasi mitigasi bencana gunung meletus dengan media volcano erupsion simulator. Dimana pada kesempatan ini mengajak siswa/i untuk mengenal bagaimana potensi bahaya dari sebuah keindahan dan keagungan Merapi.
Mitigasi bencana ini menanamkan siswa/i untuk bersiap siaga dalam menghadapi sebuah bencana. Siswa diajak untuk mengetahui bagaimana mitigasi bencana gunung meletus dengan mengenali tanda peringatan yang digunakan untuk menandakan sebuah pergerakan aktivitas gunung api. Mengenali bagaimana jalur evakuasi menuju zona aman ketika bencana terjadi. Siswa diajak untuk membuat rencana evakuasi dengan keluarga ketika sebuah bencana terjadi dan memastikan seluruh anggota keluarga untuk mengetahui rencana tersebut. Mempersiapkan barang barang penting dalam sebuah tas antara lain dokumen penting, penerangan, alat komunikasi, pakaian, makanan siap saji, obat obatan dan lain sebagainya.
Hal hal yang harus di perhatikan ketika erupsi gunung api antara lain :
1. Jangan Panik;
2. Segera masuk kedalam rumah ketika mendengar tanda bahaya/tanda peringatan gunung meletus. Serta memastikan untuk menutup pintu dan jendela kecuali ada perintah untuk melaksanakan evakuasi;
3. Mencari informasi melalui berbagai alat komunikasi mulai dari radio, televisi, smartphone dan lain sebagainya. untuk mendapatkan informasi terkini apa dan bagaimana sikap yang harus dilakukan;
4. Mengikuti intruksi dari lembaga terkait dan memastikan beritanya benar adanya dengan sumber yang jelas;
5. Carilah tempat berlindung dan tempat aman. Jauhilah sungai, jurang, lereng gunung dan aliran lahar;
6. Lindungi diri dari abu vulkanik dan gas beracun jika ada dengan menggunakan pakaian tertutup, masker, dan kacamata;
7. Segera mengungsi jika ada himbauan dari pihak pihak terkait.
Dengan mengenal mitigasi bencana gunung api ini diharap kedepan siswa/i dapat lebih arif dalam menyikapi sebuah bencana alam. Dengan mitigasi bencana pula ini siswa diharap mampu untuk peka terhadap sosial sekitar dan alam sekitar serta turut andil dalam menjaga lingkungan. Mitigasi bencana ini perlu ditanamkan lebih dini agar mempersiapkan generasi muda untuk lebih tanggap bencana. Sosialisasi ini menjadi batu awal untuk pembentukan sekolah tanggap bencana. Dimana sekolah tanggap bencana ini diharap mampu untuk mempersiapkan kemungkinan terburuk dari kemungkinan sebuah bencana alam. Sekolah tanggap bencana ini diharap mampu untuk mengarahkan siswa siswinya untuk tanggap akan bencana dan telah memiliki mekanisme dari sebuah evakuasi bencana baik bencana gunung meletus maupun gempa bumi serta berbagai bencana alam lain yang mengintai sekolah tersebut.
Oleh: Misgy Bintang Angkasa
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Yogyakarta